Di siang itu, hujan turun tiada henti-hentinya. Aku tak bisa mengurungkan niatku untuk pergi ke kabupaten semarang. Tekatku sudah bulat untuk mengadu nasib di Ibukota. Sudah dua bulan aku menjadi pengangguran, gaji terakhirku sudah habis dibelanjakan untuk makan sehari-hari. Bapak adalah satu-satunya tulang punggung keluarga, Ibuku mencari makan ternak setiap harinya, Adikku menjadi penjahit rumahan yang masih sedikit penghasilannya, sedangkan aku hanya bisa berdiam diri di rumah. Gelar sarjanaku tidak bisa menjaminku untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Tabunganku sisa 1.500.000 setelah aku gunakan untuk membayar ujian dan wisuda. Uang itu aku gunakan untuk membeli sepeda motor, kekurangannya ditambahi bapak.
Sebelumnya aku mendapat tawaran kerja di koperasi milik tetanggakku, tapi aku harus membayar jaminan sebanyak 10jt. Dari manakah aku harus mendapatkan uang sebanyak itu? Akhirnya aku menolak tawaran tersebut. Aku sudah mendapat banyak info lowongan kerja baik dari internet maupun media massa dsbg. Aku sudah mencoba ke mana-mana, mulai dari sekolahan, pegadaian, koperasi dll, tak satupun panggilan yang aku dapatkan. S1 tidak bisa aku andalkan. Akhirnya aku melamar kerja di perusahaan garment.