Masa Kecil Kurang Bahagia
Kurang lebih seperti inilah gambarannya... ^_^ Gambar ini diambil oleh temanku Lutfiana Adkha pada waktu KKN di desa Sonorejo-Jakenan-Pati. Tadinya hanya iseng-iseng saja, minta tolong difoto waktu main di TK. Dari situlah ada kalimat MKKB.[1]
Sebenarnya
masa kecilku sudah sangat bahagia, bahkan jauh lebih bahagia dari anak-anak sekarang. Anak-anak sekarang sibuk dengan sekolah, les privat dan lain sebagainya yang dituntut oleh tuanya dalam soal pendidikan. Bahkan sekarang ada yang namanya Play Group, PAUD, TK dan pendidikan nonformal lainnya. Mereka dituntut untuk lebih maju dalam pendidikan. Dari kecil, aku tidak pernah makan bangku TK dan sejenisnya. Aku hidup dengan normal tanpa ada tekanan-tekanan dari orang tuaku.
Aku masuk SD umur 6 tahun, yaitu tepat pada tahun 1998 M di SD Negreri 2 Bageng-Gembong-Pati. Di sekolahan itu, aku mempunyai banyak teman, kami selalu bermain bersama-sama di sekolahan. Saya punya beberapa teman dekat yaitu Masruroh, Maryam dan Kusyati. Setiap pulang sekolah kami berempat main dulu ke rumah Masruroh, kebetulan rumahnya dilewati oleh kami bertiga. Tidak jarang kami telat pulang ke rumah. Di sana kami paling sering main petak umpet, kelereng, lumbungan dan juga betengan. Sewaktu SD aku belum mengerti dengan yang namanya persaingan di kelas. Aku jarang sekali belajar dan bahkan hampir tidak pernah belajar. Belajar hanya jika ada PR dan itupun kalau ingat :D hehehe....
Sepulang dari sekolah, aku langsung makan siang, sholat dzuhur dan pergi belajar mengaji al-Qur’an di MTQ Darul Muttaqin. Pelajaran dimulai pukul 14.00 WIB, namun aku tidak pernah datang tepat waktu. Aku selalu datang lebih awal, aku kan anak rajin :D hehehe narsis lagi. Tidak jauh dari umumnya anak kecil, masih suka bermain dengan teman sebayanya. Di MTQ aku punya teman baru lagi, yaitu Fatim, Ninik, Ulfa, Lilis dan masih banyak lagi. Mereka bukan teman dari SD, mereka sekolah di MI PIM Mujahidin Bageng. Sebelum pembelajaran dimulai, aku juga tidak pernah melewatkan yang namanya bermain. Kalo kata anak muda sekarang “yang penting happy”.
Jam 15.00 WIB sayonara.... saatnya pulang. Aku langsung pulang karena setiap sore aku juga mengaji di Madrasah Diniyyah Salafiyyah Bageng. Aku mulai mengaji di Madrasah kelas dua SD. Namun pada waktu itu masih bolong-bolong, belum bisa istiqomah. Kelas 4 SD aku masuk diniyyah lagi, masih bolong juga, hingga akhirnya kelas 5 SD baru aku bisa telaten mengaji di Madrasah. Di sana aku mengaji lebih dalam mengenai ilmu tentang Islam lebih dalam lagi, ada kitab kuning, kitab klasik dll. Diniyyah masuk jam setengah empat, terkadang aku telat karena siangnya belajar di MTQ. Setelah pembelajaran selesai aku bermain bersama teman-teman di madrasah, terkadang sangking asyiknya sampai lupa waktu. Aku pulang ke rumah hanya mandi kemudian ambil mukenah dan berangkat sholat jama’ah di Musholla Darul muttaqin.
Sama seperti di MTQ tempat aku belajar mengaji, aku juga belajar kitab nahwu di Musholla Darul Muttaqin. Di sana aku termasuk anak yang tergolong kecil, karena pada waktu itu yang mengaji adalah anak yang sudah besar-besar. Meskipun aku awalnya tidak mudeng sama sekali, tapi akhirnya Ilmu itu bermanfaat sewaktu aku besar, sedikit atau banyak hafalan nahwu itu masih melekat di kepalaku.
Setiap hari libur aku menghabiskan waktuku bermain bersama teman-teman, terkadang aku ikut membantu Bapak dan Mamak di sungai. Sambil menyelam minum air, begitulah istilahnya. Di sungai selain membantu mengambil pasir dan batu, aku juga ceblungan. Asyik banget rasanya, gak Cuma aku saja... banyak juga anak-anak tetangga yang ikut membantu orang tuannya. Selain bermain di sungai terkadang aku juga ikut membantu orang tuaku di tegal. Aku paling suka ketika lagi musim jagung karena jagungnya punya klobot atau istilahnya putren. Selain bisa dimasak, klobot di tanganku bisa jadi mainan yang asyik. Aku dan adikku Siti senang bermain klobot, kami membuat klobot menjadi putri cantik. Kalo jaman sekarang udah ganti jadi boneka Barbie.
Satu hal lagi yang belum bisa aku lupakan sampai sekarang. Sewaktu kecil aku suka bermain layangan, aku juga bisa membuat layangan sendiri, soalnya gak kuat beli. Hehehe... Masih banyak lagi petualanganku sewaktu kecil dan ku rasa itu sudah cukup indah.
Aku merasa tidak pernah dipaksa melakukan semua itu oleh orang tuaku, keinginanku murni dan tulus untuk mencari ilmu dan alhamdulillah semua itu tidak memberatkanku. Berbeda dengan anak sekarang yang kebanyakan dipaksa oleh orang tuanya. Terkadang aku merasa kasihan terhadap anak-anak yang didikannya terlalu offer. Sebagai contoh anak majikan saya, pagi sekolah, siang madrasah, sore les dan malam harus belajar, mereka gak punya waktu untuk bermain dengan teman sebaya.
Kalau dihubungkan dengan Masa Kecil Kurang Bahagia.... bagaimana menurut pendapat anda? Bagaimana masa kecilmu? Kurang bahagia, cukup bahagia, bahagia atau sangat bahagia?
Koment ya...
Masa kecil kurang bahagia
Permainan yang dimainkan oleh 2 kelompok orang, dimana mereka mempunyai patokan (sebuah kayu atau pohon dan lain sejenisnya), mereka berusaha menjaga betengnya agar tidak disentuh oleh kelompok lawan. Dalam permainan tersebut juga ada istilah ditahan jika salah satu anggota mereka tertangkap.
Panggilan Ibu dari anaknya tersayang @shofie92
Dalam bahasa indonesia artinya berenang di sungai
Sebidang tanah di daerah pegunungan yang miring dan biasanya ditanami jagung dan ketela pohon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar