Kuliah? Awalnya aku hampir tidak percaya dengan semua ini, tapi ini
kenyataan. Anak seorang kuli tebu bisa kuliah juga. Mau tau ceritanya???
Dari kecil aku punya cita-cita menjadi seorang guru. Aku sangat
mengagumi sosok guru yang bernama Bpk Ma’in. Beliau dulunya adalah kepala
sekolah di SD Negeri 02 Bageng. Kewibawaannya dan kasih sayangnya terhadap
anak-anak membuatku terinspirasi untuk menjadi seorang guru. Hal yang paling
aku kagumi dari seorang guru yaitu mengamalkan ilmunya tanpa pamrih.
Sewaktu kecil aku pernah ditanya sama nenekku. Beliau bertanya “nak
ws lulus sekolah yo ning Arab nduk, ben sio nyugehno wong tuwo”. Namun aku
tidak mau. Aku bilang kalo aku nanti gak akan pergi ke Arab, kecuali Haji dan
umroh atau kuliah. Tapi banyak orang yang mengejekku. Aku akan buktikan pada
semua orang kalo aku bisa. Aku pernah mendengar sebuah hadits:
اَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ: أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَاَوْلاَدُهُ اَبْرَارً وَخُلَطَائُهُ صَالِحيْنَ واَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِى بَلاَدِهِ. رواه الديلمى
“Ada
empat perkara yang dapat membuat kebahagiaan seseorang, adanya istri yang
sholihah, adanya anak-anak yang baik (sholih), pergaulannya dengan orang-orang sholih dan sumber rizkinya ada di negaranya
sendiri.”
Sewaktu lulus SD, aku galau tingkat dewa. Bapak bilang kalau tidak
mampu untuk menyekolahkan aku. Aku menangis dan terus memohon kepada Bapak
hingga akhirnya beliau mau menyekolahkan aku lagi. Aku pernah ditawari sekolah
gratis, tapi Bapak tidak setuju karena sekolahan itu milik orang MD. Akhirnya
aku bisa melanjutkan sekolah juga. Dari MTs aku selalu mendapat peringkat, aku
jadi tambah semangat untuk mengejar cita-citaku. Satu tahun pertama, Bapak
keberatan membayar SPPku. Namun 2 tahun berikutnya gratis SPP karena ada
program wajib sekolah 9th.
Aku senang bisa melanjutkan sekolah lagi, punya banyak teman,
menambah ilmu pengetahuan dan bisa membanggakan orang tua dengan prestasiku. Ada
beberapa hal yang sedikit ngenes selama aku MTs. Jarang diberi uang saku, jadi
ejekan orang dan pada saat teman-teman dikarantina di sekolahan, aku tidak ikut
karena tidak punya uang. Padahal tiap mlm hari ada les tambahan. Aku jalan kaki
dari rumah sampai sekolahan. Bapak tidak punya motor untuk mengantarkanku.
Bayangkan jika ada seorang anak cewek, jalan sendirian ke sekolahan
malem-malem. Namun saat pulang aku dijemput bapak di Masjid atau balai desa.
Saat wisuda aku bangga bisa membawa rang tuaku naik ke atas
panggung karena prestasiku. Aku sangat senang sekali karena aku bisa melihat
kebahagiaan di wajah Bapak. Semua orang mulai menghargai aku karena prestasiku.
Banyak guru yang kagum padaku. Namun dunia berubah saat aku lulus MTs.
Kesulitan ekonomi mengganjal jalanku menuju kesuksesan. Aku sudah besar, aku
sudah mulai faham bagaimana susahnya mencari sesuap nasi. Sebenarnya aku iri
kepada mereka-mereka yang punya uang banyak tetapi tidak melanjutkan sekolah
dengan alasan takut tidak bisa lulus ujian nasional. Aku menangis sendiri,
sedih karena tidak bisa melanjutkan sekolah. Aku tidak berani memohon lagi
kepada Bapak.
Banyak sekali Guru di sekolahanku yang menganjurkanku untuk
melanjutkan sekolah. Bapak Sugiarno (alm) adalah salah satu orang yang berperan
penting dalam pendidikanku. Beliau menjanjikan jika aku bisa mendapatkan
peringkat 1, aku akan diajukan supaya mendapatkan beasiswa sekolah. Akhirnya
semester 1 aku bisa mendapatkan peringkat 1. Uang tersebut aku gunakan untuk
membayar SPP. Kelas 2 MA aku juga mendapatkan beasiswa lagi, namun karena aku
sudah pernah mendapatkan beasiswa, uang tersebut diberikan kepada adik kelasku.
Aku bahkan sudah lupa namanya. Sekali lagi saat wisuda MA, aku mendapatkan
peringkat 1 saat ujian. Bapak sangat bangga padaku.
Kemudian galau lagi karena tidak bisa melanjutkan kuliah. Jika
tahun lalu kakak kelasku ada yang bisa mendapatkan beasiswa kuliah di STAIN
Kudus, kali ini tidak ada. Mungkin aku belum diijinkan kuliah. Aku ditawari
juga di STAIMAFA, biaya kuliah gratis tetapi biaya hidup cari sendiri. Namun
Bapak tidak mengijinkan karena alasan jauh. Kemudian aku ditawari juga di luar
kota, mondok menghafalkan Al-Qur’an. Guruku bilang dalam waktu 2 tahun aku
sudah bisa menghafalkan 30 juz, namun sekali lagi bapak tidak memperbolehkanku.
Padahal jika bisa menghafal Al-Qur’an banyak sekali peluang beasiswa di
universitas negeri maupun swasta di Indonesia.
Akhirnya aku jadi pengangguran di rumah. Tiap siang mengajar di TPQ
dan sorenya mengajar di diniyyah. Pagi harinya terkadang ikut mengambil kayu
atau makanan kambing di gunung. Istilah kerennya NGARIT.
Beberpa bulan kemudian aku mendapatkan tawaran kerja di pati. Gak
Cuma kerja, tapi bisa kuliah juga. Sebenarnya Bapak tidak mengijinkanku, namun
aku memohon terus sama Bapak, akhirnya diperbolehkan juga. Namun ada yang
mengecewakan, aku kira bisa kuliah tahun ini, ternyata kuliah sudah masuk 1
bulan, dan tidak mungkin aku bisa masuk kuliah. Aku nunggu 1 tahun lagi untuk
bisa melanjutkan kuliah. Aku bisa membayar kuliahku dengan hasil keringatku
sendiri. Sedikit demi sedikit aku mengumpulkan uang untuk biaya kuliahku
sendiri. Jauh dari orang tua sangatlah menyakitkan. Aku jarang pulang karena
aku tidak bisa pulang jika anak sekolah dan anak kuliah tidak libur. Kerjaanku
sangat banyak. Tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya.
Sampai saat ini aku masih kuliah, jika saja aku tidak berhenti 1
tahun, aku sudah lulus Desember kemarin. Sekarang aku mengerjakan skripsi, aku
minta do’anya semoga aku bisa lulus tahun ini. Aku ingin segera pulang dan bisa
membahagiakan orang tuaku. Tidak jauh dari cita-citaku sejak kecil. Aku masih
ingin menjadi seorang guru yang bisa mengamalkan Ilmunya selama hidupnya.
Aku dengar sekarang menjadi seorang guru tidaklah mudah. Apalagi di
sekolah maupun madrasah yang dibawah naungan YAYASAN. Biasanya yang bisa masuk
hanyalah orang-orang dalam. Dunia memang sudah jauh berubah, tidak seperti yang
aku bayangkan sejak kecil. Menjadi guru adalah cita-citaku, namun tidak harus
guru di sekolahan. Aku hanya ingin bisa mengamalkan Ilmuku supaya bisa
bermanfaat bagi orang lain. Amiiiiiieeen.... ^_^
Perjuangan yang sangat mengagumkan untuk bisa menempuh pendidikan demi mengejar impian :) Hebat!
BalasHapusMakasih pak. Hidup tanpa adanya perjuangan itu hampa 😊
Hapus