Jumat, 17 April 2015

Mengejar Cita

Kuliah? Awalnya aku hampir tidak percaya dengan semua ini, tapi ini kenyataan. Anak seorang kuli tebu bisa kuliah juga. Mau tau ceritanya???
Dari kecil aku punya cita-cita menjadi seorang guru. Aku sangat mengagumi sosok guru yang bernama Bpk Ma’in. Beliau dulunya adalah kepala sekolah di SD Negeri 02 Bageng. Kewibawaannya dan kasih sayangnya terhadap anak-anak membuatku terinspirasi untuk menjadi seorang guru. Hal yang paling aku kagumi dari seorang guru yaitu mengamalkan ilmunya tanpa pamrih.
Sewaktu kecil aku pernah ditanya sama nenekku. Beliau bertanya “nak ws lulus sekolah yo ning Arab nduk, ben sio nyugehno wong tuwo”. Namun aku tidak mau. Aku bilang kalo aku nanti gak akan pergi ke Arab, kecuali Haji dan umroh atau kuliah. Tapi banyak orang yang mengejekku. Aku akan buktikan pada semua orang kalo aku bisa. Aku pernah mendengar sebuah hadits:

اَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ: أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَاَوْلاَدُهُ اَبْرَارً وَخُلَطَائُهُ صَالِحيْنَ واَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِى بَلاَدِهِ. رواه الديلمى
Ada empat perkara yang dapat membuat kebahagiaan seseorang, adanya istri yang sholihah, adanya anak-anak yang baik (sholih), pergaulannya dengan orang-orang  sholih dan sumber rizkinya ada di negaranya sendiri.”
Sewaktu lulus SD, aku galau tingkat dewa. Bapak bilang kalau tidak mampu untuk menyekolahkan aku. Aku menangis dan terus memohon kepada Bapak hingga akhirnya beliau mau menyekolahkan aku lagi. Aku pernah ditawari sekolah gratis, tapi Bapak tidak setuju karena sekolahan itu milik orang MD. Akhirnya aku bisa melanjutkan sekolah juga. Dari MTs aku selalu mendapat peringkat, aku jadi tambah semangat untuk mengejar cita-citaku. Satu tahun pertama, Bapak keberatan membayar SPPku. Namun 2 tahun berikutnya gratis SPP karena ada program wajib sekolah 9th.
Aku senang bisa melanjutkan sekolah lagi, punya banyak teman, menambah ilmu pengetahuan dan bisa membanggakan orang tua dengan prestasiku. Ada beberapa hal yang sedikit ngenes selama aku MTs. Jarang diberi uang saku, jadi ejekan orang dan pada saat teman-teman dikarantina di sekolahan, aku tidak ikut karena tidak punya uang. Padahal tiap mlm hari ada les tambahan. Aku jalan kaki dari rumah sampai sekolahan. Bapak tidak punya motor untuk mengantarkanku. Bayangkan jika ada seorang anak cewek, jalan sendirian ke sekolahan malem-malem. Namun saat pulang aku dijemput bapak di Masjid atau balai desa.


Saat wisuda aku bangga bisa membawa rang tuaku naik ke atas panggung karena prestasiku. Aku sangat senang sekali karena aku bisa melihat kebahagiaan di wajah Bapak. Semua orang mulai menghargai aku karena prestasiku. Banyak guru yang kagum padaku. Namun dunia berubah saat aku lulus MTs. Kesulitan ekonomi mengganjal jalanku menuju kesuksesan. Aku sudah besar, aku sudah mulai faham bagaimana susahnya mencari sesuap nasi. Sebenarnya aku iri kepada mereka-mereka yang punya uang banyak tetapi tidak melanjutkan sekolah dengan alasan takut tidak bisa lulus ujian nasional. Aku menangis sendiri, sedih karena tidak bisa melanjutkan sekolah. Aku tidak berani memohon lagi kepada Bapak.
Banyak sekali Guru di sekolahanku yang menganjurkanku untuk melanjutkan sekolah. Bapak Sugiarno (alm) adalah salah satu orang yang berperan penting dalam pendidikanku. Beliau menjanjikan jika aku bisa mendapatkan peringkat 1, aku akan diajukan supaya mendapatkan beasiswa sekolah. Akhirnya semester 1 aku bisa mendapatkan peringkat 1. Uang tersebut aku gunakan untuk membayar SPP. Kelas 2 MA aku juga mendapatkan beasiswa lagi, namun karena aku sudah pernah mendapatkan beasiswa, uang tersebut diberikan kepada adik kelasku. Aku bahkan sudah lupa namanya. Sekali lagi saat wisuda MA, aku mendapatkan peringkat 1 saat ujian. Bapak sangat bangga padaku.
Kemudian galau lagi karena tidak bisa melanjutkan kuliah. Jika tahun lalu kakak kelasku ada yang bisa mendapatkan beasiswa kuliah di STAIN Kudus, kali ini tidak ada. Mungkin aku belum diijinkan kuliah. Aku ditawari juga di STAIMAFA, biaya kuliah gratis tetapi biaya hidup cari sendiri. Namun Bapak tidak mengijinkan karena alasan jauh. Kemudian aku ditawari juga di luar kota, mondok menghafalkan Al-Qur’an. Guruku bilang dalam waktu 2 tahun aku sudah bisa menghafalkan 30 juz, namun sekali lagi bapak tidak memperbolehkanku. Padahal jika bisa menghafal Al-Qur’an banyak sekali peluang beasiswa di universitas negeri maupun swasta di Indonesia.
Akhirnya aku jadi pengangguran di rumah. Tiap siang mengajar di TPQ dan sorenya mengajar di diniyyah. Pagi harinya terkadang ikut mengambil kayu atau makanan kambing di gunung. Istilah kerennya NGARIT.
Beberpa bulan kemudian aku mendapatkan tawaran kerja di pati. Gak Cuma kerja, tapi bisa kuliah juga. Sebenarnya Bapak tidak mengijinkanku, namun aku memohon terus sama Bapak, akhirnya diperbolehkan juga. Namun ada yang mengecewakan, aku kira bisa kuliah tahun ini, ternyata kuliah sudah masuk 1 bulan, dan tidak mungkin aku bisa masuk kuliah. Aku nunggu 1 tahun lagi untuk bisa melanjutkan kuliah. Aku bisa membayar kuliahku dengan hasil keringatku sendiri. Sedikit demi sedikit aku mengumpulkan uang untuk biaya kuliahku sendiri. Jauh dari orang tua sangatlah menyakitkan. Aku jarang pulang karena aku tidak bisa pulang jika anak sekolah dan anak kuliah tidak libur. Kerjaanku sangat banyak. Tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya.
Sampai saat ini aku masih kuliah, jika saja aku tidak berhenti 1 tahun, aku sudah lulus Desember kemarin. Sekarang aku mengerjakan skripsi, aku minta do’anya semoga aku bisa lulus tahun ini. Aku ingin segera pulang dan bisa membahagiakan orang tuaku. Tidak jauh dari cita-citaku sejak kecil. Aku masih ingin menjadi seorang guru yang bisa mengamalkan Ilmunya selama hidupnya.

Aku dengar sekarang menjadi seorang guru tidaklah mudah. Apalagi di sekolah maupun madrasah yang dibawah naungan YAYASAN. Biasanya yang bisa masuk hanyalah orang-orang dalam. Dunia memang sudah jauh berubah, tidak seperti yang aku bayangkan sejak kecil. Menjadi guru adalah cita-citaku, namun tidak harus guru di sekolahan. Aku hanya ingin bisa mengamalkan Ilmuku supaya bisa bermanfaat bagi orang lain. Amiiiiiieeen.... ^_^

2 komentar:

  1. Perjuangan yang sangat mengagumkan untuk bisa menempuh pendidikan demi mengejar impian :) Hebat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih pak. Hidup tanpa adanya perjuangan itu hampa 😊

      Hapus